Menghidupkan Warisan Melalui Fasad: Simbolisme Kain Tanjak di Mandiri Financial Center
- domeiru fahramshed
- Aug 7
- 2 min read
Selamat datang di Palembang. Kota sejarah, kota sungai, kota warisan. Dan kini kota di mana sebuah fasad bisa bercerita
Di jantung kota Palembang, tepat di Jalan Kapten A. Rivai, berdiri bangunan yang tidak hanya mencuri perhatian mata, tapi juga menyentuh sisi dalam jiwa. Mandiri Financial Center Palembang bukan sekadar gedung perbankan. Ia adalah wajah baru yang merangkul masa depan, sambil menghormati akar budaya yang telah tumbuh ratusan tahun. Dan semua itu bermula dari Tanjak.
Tanjak Bukan Hanya Kain
Dalam budaya Melayu, Tanjak bukan sekadar penutup kepala. Ia adalah simbol. Tentang kedudukan. Tentang kehormatan. Tentang keanggunan yang terstruktur dalam simpul kain. Bentuk segitiga tajam ke atas melambangkan elevasi semangat untuk terus naik, tumbuh, dan melampaui.
Lalu bagaimana bila kain ini diangkat dari kepala, dan ditempatkan di atas sebuah kota?
Di sinilah arsitektur bertemu makna. Tim desain dari Alien Design Consultant menangkap esensi Tanjak dan menerjemahkannya ke dalam bentuk geometris fasad bangunan. Garis-garisnya tegas. Sudutnya tajam. Tapi tidak kehilangan kehangatan lokal yang melekat di dalamnya.
Fasad Sebagai Cerita Visual
Fasad Mandiri Palembang bukan tempelan simbol. Ia adalah penerjemahan penuh niat dari elemen warisan menjadi bahasa desain.
Desain fasad hadir dengan single layer dengan motif tanjak pada panel aluminium laser-cut. Halus, modern dan tepat guna. menggunakan material aluminium dengan finishing powder coating emas. Warna yang bicara tentang keagungan, tapi dengan cara yang sederhana.
Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Depan
Gedung ini tidak hanya tentang keindahan. Ia juga tentang fungsi dan keberlanjutan. Curtain wall dari laminated glass 12 mm tidak hanya memberi pencahayaan alami, tapi juga menjaga performa termal bangunan (OTTV target: 35). Di atas atap, panel surya diam-diam bekerja, menghasilkan energi tanpa suara.
Namun yang paling kuat adalah apa yang tidak bisa diukur: emosi yang terbangun ketika simbol lokal diangkat ke level landmark.
Fasad yang Menyatukan
Tanjak dalam fasad ini bukan hanya tentang arsitektur. Ia adalah simbol persatuan dan kekerabatan. Sebagaimana simpul tanjak menyatukan lembaran kain, fasad ini menyatukan komunitas nasabah, pegawai, warga kota dalam ruang yang ramah dan terbuka.
Di sinilah arsitektur tidak sekadar memagari ruang, tapi mengundang kebersamaan. Ada area UMKM, corner fintech, rooftop garden, bahkan musholla yang dirancang dengan paduan marmer dan warna netral. Setiap sudut adalah bagian dari cerita yang lebih besarcerita tentang bagaimana bank bisa menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, bukan sekadar tempat transaksi.
Lebih dari Gedung, Ini Adalah Landmark Baru
Mandiri Financial Center Palembang bukan hanya berani dari segi bentuk. Ia juga berani berpihak pada kearifan lokal. Di tengah maraknya desain global yang cenderung generik, fasad ini berdiri sebagai pernyataan: bahwa identitas bisa hadir dalam arsitektur tanpa kehilangan profesionalisme dan inovasi.
Sebagai arsitek, kita diajak untuk melihat ulang bagaimana bangunan bisa mewakili nilai. Bahwa warisan tidak harus disimpan di museum. Ia bisa hadir di jalan raya. Dipandangi ribuan orang. Diserap tanpa sadar. Dan mungkin menyentuh lebih banyak hati daripada yang kita kira.
Di dunia di mana kota tumbuh cepat dan bentuk-bentuk mulai mirip satu sama lain, penting untuk bertanya: apa yang membuat sebuah bangunan “berarti”? Jawabannya, kadang, bukan pada tingginya. Bukan pada luasannya. Tapi pada niat di balik bentuknya.
Dan dalam kasus Mandiri Financial Center Palembang, jawabannya adalah: niat untuk menghidupkan warisan, Karena ketika sebuah fasad bisa membisikkan cerita nenek moyang, lalu menyambut masa depan dengan tangan terbuka kita tahu, itu bukan sembarang bangunan, Itu adalah ruang dengan jiwa.













Comments